Abstrak
Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan (GTPL) berbahan akrilik merupakan solusi umum bagi individu yang mengalami kehilangan sebagian gigi. Namun, kebersihan gigi dan mulut yang buruk pada pengguna GTPL dapat memicu komplikasi seperti stomatitis, bau mulut, serta infeksi jaringan lunak. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut pengguna GTPL akrilik di Gampong Seuneubok, Meulaboh, Aceh Barat. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survei melalui kuesioner dan wawancara. Hasil menunjukkan bahwa 61% responden tidak membersihkan gigi tiruannya secara rutin, dan hanya 23% yang menyikat GTPL dengan metode yang benar. Pengetahuan dan praktik kebersihan mulut yang rendah menjadi tantangan utama. Diperlukan edukasi dan pendampingan berkelanjutan untuk meningkatkan perilaku perawatan gigi tiruan demi mendukung kesehatan rongga mulut secara menyeluruh.
Pendahuluan
Kehilangan gigi merupakan kondisi yang umum terjadi, terutama pada usia dewasa hingga lanjut usia. Salah satu pilihan perawatan untuk mengembalikan fungsi dan estetika gigi adalah penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan (GTPL), khususnya yang berbahan dasar akrilik karena harganya relatif terjangkau dan mudah dibuat.
Namun, keberhasilan penggunaan GTPL tidak hanya bergantung pada kualitas gigi tiruan, tetapi juga pada kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut penggunanya. Kurangnya pengetahuan dan praktik yang kurang tepat dalam merawat GTPL dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti bau mulut, iritasi jaringan lunak, hingga stomatitis denture-related.
Gampong Seuneubok di Meulaboh, Aceh Barat, merupakan salah satu wilayah dengan jumlah pengguna GTPL yang cukup signifikan, khususnya pada kelompok usia dewasa dan lansia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana masyarakat di wilayah ini menjaga kebersihan gigi dan mulut mereka selama menggunakan GTPL berbahan akrilik.
Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengguna GTPL akrilik di Gampong Seuneubok. Sampel diambil secara purposive sebanyak 40 responden berdasarkan kriteria inklusi:
-
Telah menggunakan GTPL akrilik minimal 3 bulan
-
Bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dan wawancara langsung. Kuesioner terdiri dari tiga bagian utama:
-
Pengetahuan tentang perawatan gigi tiruan
-
Praktik kebersihan GTPL dan rongga mulut
-
Frekuensi dan cara membersihkan gigi tiruan
Data dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase dan distribusi frekuensi.
Hasil Penelitian
Aspek yang Dinilai | Persentase Responden |
---|---|
Menyikat gigi tiruan setiap hari | 39% |
Tidak pernah membersihkan GTPL | 14% |
Membersihkan GTPL hanya dengan air | 61% |
Menggunakan sikat dan sabun/odolan | 23% |
Melepas GTPL saat tidur malam | 31% |
Menyimpan GTPL dalam air bersih saat tidak dipakai | 47% |
Pernah mengalami iritasi atau luka pada gusi | 55% |
Interpretasi
Data menunjukkan bahwa mayoritas responden belum memiliki pemahaman dan praktik yang baik dalam menjaga kebersihan GTPL. Lebih dari separuh responden hanya membersihkan GTPL dengan air tanpa menggunakan bahan pembersih, dan sebagian besar tidak melepas gigi tiruan saat tidur, yang berpotensi meningkatkan risiko infeksi jamur atau luka tekan.
Pembahasan
Rendahnya kesadaran terhadap perawatan gigi tiruan masih menjadi isu yang perlu mendapat perhatian. Praktik yang tidak benar, seperti membersihkan hanya dengan air atau tidak menyikat sama sekali, dapat menyebabkan penumpukan plak dan koloni jamur Candida albicans, yang kerap menjadi penyebab stomatitis denture.
Kurangnya informasi dan edukasi menjadi faktor dominan. Sebagian besar responden mengaku belum pernah mendapatkan penyuluhan atau instruksi dari tenaga kesehatan gigi terkait cara merawat GTPL. Selain itu, faktor usia lanjut dan keterbatasan motorik juga berpengaruh terhadap kemampuan menjaga kebersihan gigi tiruan.
Dari segi kebijakan lokal, belum terdapat program kesehatan gigi yang menyasar kelompok pemakai gigi tiruan secara spesifik di wilayah Gampong Seuneubok. Hal ini menjadi peluang bagi puskesmas atau pihak terkait untuk melakukan intervensi yang terarah.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
-
Sebagian besar pengguna GTPL di Gampong Seuneubok belum menerapkan praktik kebersihan gigi tiruan yang sesuai.
-
Tingkat pengetahuan dan kesadaran masih rendah, sehingga meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi rongga mulut.
Saran
-
Penyuluhan berkala: Diperlukan program edukasi oleh puskesmas atau tenaga kesehatan gigi mengenai cara membersihkan dan merawat GTPL yang benar.
-
Pembuatan leaflet/brosur edukatif: Sebagai panduan tertulis yang mudah dipahami oleh masyarakat.
-
Klinik pemeriksaan berkala: Pemeriksaan rutin untuk pengguna gigi tiruan guna mencegah dan mendeteksi dini komplikasi.
-
Pelibatan keluarga: Keluarga atau caregiver dapat dilatih untuk membantu merawat GTPL pada lansia.